Masyarakat yang terkait dengan produksi Kopi Arabika Gayo tinggal di Dataran Tinggi Gayo di ujung utara pegunungan Bukit Barisan, yang melintang dari bagian utara ke bagian selatan dari Pulau Sumatera. Dataran Tinggi Gayo secara administratif mencakup kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues dengan tiga kota utamanya masing-masing, yaitu Takengon, Simpang Tige Redelong dan Blangkejeren.

Kopi diperkenalkan pertama kali di Dataran Tinggi Gayo pada tahun 1930-an oleh Belanda untuk memenuhi permintaan dari pasar Eropa. Sejak saat itu, petani-petani kecil telah menanam kopi untuk sumber nafkah mereka. Daerah tersebut sekarang memiliki perkebunan-perkebunan kopi terbesar di Indonesia dengan luas lebih dari 100.000 hektar yang dibudidayakan.
Selama beberapa dasawarsa kopi telah menjadi semakin penting dalam pembangunan ekonomi daerah kami, dengan menjadi salah satu dari komoditas yang paling penting, karena konsumsi lokal dan permintaan internasional telah meningkat. Pertanian mendominasi kegiatan ekonomi daerah ini, yang mencakup tanaman lain antara lain padi, sayuran dan tembakau.
Keterlibatan langsung masyarakat setempat dalam produksi kopi merupakan kekuatan Kopi Arabika Gayo karena buah kopi yang telah masak diambil dari para petani kami dan diproses secara lokal. Hal ini memungkinkan kendali yang ketat atas kegiatan-kegiatan para petani dan produsen untuk mempertahankan standar kualitas dan produksi yang tinggi.

Kopi merupakan bagian dari budaya kami di Dataran Tinggi Gayo dengan adanya hubungan yang mendalam antara produksi kopi dan tradisi: upacara tradisional dilaksanakan untuk pembukaan lahan baru serta penanaman dan panen kopi. Kopi adalah minuman yang menjadi ciri kehidupan sehari-hari kami, yang dihidangkan ketika ada tamu yang berkunjung, pada saat pertemuan kelompok petani dan kumpul keluarga.